Sebagian orang bertanya-tanya, mengapa tanggal 8 Dzulhijjah
disebut dengan istilah hari Tarwiyah, dan puasa pada hari itu disebut puasa
Tarwiyah?
Untuk memahami hal itu, ada baiknya kita ketahui dulu arti
kata “tarwiyyah” (تروية) itu sendiri. Dalam bahasa Arab, “tarwiyyah” berasal dari fi’il rowa-yarwi (روى) yang memiliki
sejumlah arti, di antaranya (1). menceritakan, meriwayatkan, mengisahkan,
menarasikan; (2). memancarkan, melewatkan, mengantarkan; (3). mengairi, memberi
minum.
Dalam kitab Al-Mughni (3/249), Imam Ibnu
Qudamah menjelaskan apa sebab dinamakan hari ke-8 bulan Dzulhijjah itu disebut hari
Tarwiyyah. Setidaknya, menurut beliau, ada dua alasannya:
Pertama:
Pada hari ke-8 itu para haji setelah berihrom, mereka menuju
Mina untuk bermalam yang keesokan harinya mereka menuju Arafah. Nah. ketika di
Mina itu para haji (seperti yang dikatakan Ibnu Qudamah) menyiapkan air sebagai
bekal untuk berwukuf di padang Arafah keesokan harinya. Menyiapkan air itu diistilahkan
dengan Yatarawwauna (يتروون). Karena inilah hari ke-8 itu
dinamakan hari Tarwiyyah. Karena kata Yatarowwauna (يتروون) itu
mempunyai asal kata yang sama dengan Tarwiyyah.
Kedua:
Pada malam hari Tarwiyah itu Nabi Ibrahim as mendapatkan
mimpi pertama kali dari Allah untuk menyembelih anaknya Nabi Ismail as. Ketika
mendapat mimpi itu, diriwayatkan bahwa beliau as “bertanya-tanya” kepada
dirinya apakah itu mimpi dari Allah atau dari setan? “Bertanya-tanya” itu
diistilahkan dengan bahasa “Yurawwi” (يروي) dan itulah alasannya mengapa dinamakan
hari itu sebagai hari Tarwiyyah.
Dan ketika mimpi itu datang untuk kedua kalinya di malam hari Arafah, Nabi Ibrahim akhirnya yakin kalau khabar itu berasal dari Allah swt. Dan yakin berarti adanya pengetahuan, pengetahuan dalam bahasa Arab disebut dengan kata “Arafa” (عرف). Karena itulah hari ke-9 dinamakan hari Arofah (عرفة).
Wallahu A’lam
0 komentar :
Posting Komentar