Ibnu Taimiyah mengemukakan
dalam kitabnya al-Fatawa sebuah analisis yang jitu sekali sehubungan
dengan dikemukakannya sejumlah ayat yang dijadikan dalil untuk melarang syafaat
atau yang mengesankan tidak bergunanya syafaat, serta larangan untuk meminta
syafaat oleh pihak-pihak yang menentang permohonan syafaat kepada Nabi Muhammad
SAW di dunia ini.
Ibnu Taimiyah
mengatakan bahwa orang-orang yang mengingkari syafaat ber-hujjah dengan
ayat-ayat sebagai berikut:
Firman Allah:
“Dan jagalah dirimu dari (azab) hari (Kiamat, yang pada hari
itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun; dan (begitu
pula) tidak diterima syafaat dan tebusan daripadanya, dan tidaklah mereka akan
ditolong.” (QS. al-Baqarah [2]: 48)
Firman Allah:
“Dan takutlah kamu kepada suatu hari di waktu seseorang tidak
dapat menggantikan seseorang yang lain sedikitpun dan tidak akan diterima suatu
tebusan daripadanya dan tidak akan memberi manfaat sesuatu syafaat kepadanya
dan tidak (pula) mereka akan ditolong.” (QS. al-Baqarah [2]: 123)
Firman Allah:
“Berilah mereka peringatan dengan hari yang dekat (hari Kiamat yaitu) ketika hati (menyesak) sampai di kerongkongan dengan menahan kesedihan. Orang-orang yang zalim tidak mempunyai teman setia seorang pun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafaat yang diterima syafaatnya.” (QS. al-Mu’min [40]: 18)
“Berilah mereka peringatan dengan hari yang dekat (hari Kiamat yaitu) ketika hati (menyesak) sampai di kerongkongan dengan menahan kesedihan. Orang-orang yang zalim tidak mempunyai teman setia seorang pun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafaat yang diterima syafaatnya.” (QS. al-Mu’min [40]: 18)
Firman Allah:
"Maka tidak
berguna lagi bagi mereka syafaat dari orang-orang yang memberikan syafaat.” (QS.
al-Mudatstsir [74]: 48)
Menurut paham Ahl
al-Sunnah, maksud dari ayat-ayat tersebut di atas adalah 2 hal berikut ini:
1. Bahwa syafaat
itu hanya tidak bermanfaat bagi orang-orang musyrik, sebagaimana yang
ditegaskan oleh firman Allah SWT:
“Apakah yang
memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?” Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak
termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi
makan orang miskin, dan adalah kami membicarakan yang batil bersama dengan
orang-orang yang membicarakannya, dan adalah kami mendustakan hari pembalasan,
hingga datang kepada kami kematian.” Maka tidak berguna lagi bagi mereka
syafaat dari orang-orang yang memberikan syafaat.” (QS. al-Mudatstsir [74]:
42-48)
Jadi, mereka itu
tidak bisa memperoleh syafaat dari orang yang memberi syafaat disebabkan
kekafiran mereka.
2. Bahwa syafaat
yang dimaksudkan dalam ayat-ayat tersebut adalah syafaat yang diamalkan oleh
orang-orang musyrik dan orang-orang yang menyerupai mereka dari kalangan ahli
bid’ah. Misalnya, golongan ahli kitab di mana mereka berpendapat bahwa makhluk
pun mempunyai hak dan kekuasaan untuk memberi syafaat di sisi Allah SWT,
walaupun bukan dengan izin-Nya.
Kesimpulan dari
pernyataan Ibnu Taimiyah di atas adalah bahwa sesungguhnya syafaat sama sekali
tidak berguna bagi orang-orang musyrik, di mana hal ini ditunjukkan dengan
jelas oleh ayat-ayat di atas. Atau dengan kata lain, ayat-ayat itu sesungguhnya
bermaksud menafikan syafaat yang dianut orang-orang musyrik, karena mereka
yakin bahwa pemberi syafaat itu dapat memberikan syafaatnya tanpa izin dari
Allah SWT.
0 komentar :
Posting Komentar