وَإِنْ كَانَتْ نِيَّتُكَ وَقَصْدُكَ بَيْنَكَ وَبَيْنَ اللهِ تَعَالَى مِنْ طَلَبِ الْعِلْمِ الْهِدَايَةَ، دُوْنَ مُجَرَّدِ الرِّوَايَةِ؛ فَأَبْشِرْ، فَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ تَبْسُطُ لَكَ أَجْنِحَتَهَا إِذَا مَشَيْتَ، وَحِيْتَانُ الْبَحْرِ تَسْتَغْفِرُ لَكَ إِذَا سَعَيْتَ. وَلَكِنْ يَنْبَغِيْ لَكَ أَنْ تَعْلَمَ قَبْلَ كُلِّ شَيْءٍِ، أَنَّ الْهِدَايَةَ الَّتِيْ هِيَ ثَمَرَةُ الْعِلْمِ، لَهَا بِدَايَةٌ وَنِهَايَةٌ، وَظَاهِرٌ وَبَاطِنٌ، وَلاَ وُصُوْلَ إِلَى نِهَايَتِهَا إِلاَّ بَعْدَ إِحْكَامِ بِدَايَتِهَا، وَلاَ عُثُوْرَ عَلَى بَاطِنِهَا إِلاَّ بَعْدَ الْوُقُوْفِ عَلَى ظَاهِرِهَا
Namun
apabila niatmu dalam mencari ilmu itu demi menggapai keridhaan Allah dan mendapatkan
hidayah, bukan sekedar agar engkau pandai berbicara (berceramah); maka
hendaklah engkau merasa gembira, karena para malaikat telah mengembangkan
sayapnya apabila kamu berjalan, dan ikan yang ada di lautan seluruhnya memohonkan
ampun bagimu di dalam setiap gerakmu. Namun demikian, sebelum sampai kepada
semua itu, hendaklah engkau mengetahui bahwa hidayah pada hakikatnya adalah
buah dari ilmu. Hidayah itu sendiri baginya ada “bidayah” (pemulaan) dan
ada pula “nihayah” (kesudahan/puncak), ada
zahirnya dan ada batinnya, dan engkau sekali-kali tidak
akan pernah sampai kepada puncak hidayah kecuali setelah engkau menapaki
permulaannya, dan engkau tidak akan dapat menyelami yang bersifat batin darinya
kecuali setelah engkau memahami dan menyempurnakan yang bersifat zahir darinya.
وَهَأَنَا
مُشِيْرٌ عَلَيْكَ بِبِدَايَةِ الْهِدَايَةِ؛ لِتُجَرِّبَ بِهَا نَفْسَكَ،
وَتَمْتَحِنَ بِهَا قَلْبَكَ، فَإِنْ صَادَفْتَ قَلْبَكَ إِلَيْهَا مَائِلاً،
وَنَفْسَكَ بِهَا مُطَاوِعَةً، وَلَهَا قَابِلَةً؛ فَدُوْنَكَ التَّطَلُّعَ إِلَى
النِّهَايَاتِ وَالتَّغَلْغُلَ فِيْ بِحَارِ الْعُلُوْمِ
Di
dalam kitab ini aku akan tunjukkan padamu “bidayatul hidayah” (pemulaan-permulaan
menuju hidayah); supaya engkau melatih dirimu dengan mengamalkannya, dan supaya
engkau dapat menguji hatimu. Seandainya engkau dapati hatimu cenderung
kepadanya dan hawa nafsumu tunduk mengikuti arahannya dan dapat memberikan perhatian
yang sewajarnya, maka pada saatnya engkau akan sampai di puncak hidayah dan engkau akan mampu mengarungi
lautan ilmu yang luas itu.
وَإِنْ
صَادَفْتَ قَلْبَكَ عِنْدَ مُوَاجَهَتِكَ إِيَّاهَا بِهَا مُسَوِّفًا،
وَبِالْعَمَلِ بِمُقْتَضَاهَا مُمَاطِلاً؛ فَاعْلَمْ أَنَّ نَفْسَكَ الْمَائِلَةَ
إِلَى طَلَبِ الْعِلْمِ هِيَ النَّفْسُ اْلأَمَّارَةُ بِالسُّوْءِ، وَقَدْ
انْتَهَضَتْ مُطِيْعَةً لِلشَّيْطَانِ اللَّعِيْنِ لِيُدْلِيْكَ بِحَبْلِ
غُرُوْرِهِ؛ فَيَسْتَدْرِجُكَ بِمَكِيْدَتِهِ إِلَى غَمْرَةِ الْهَلاَكِ،
وَقَصْدُهُ أَنْ يُرَوِّجَ عَلَيْكَ الشَّرَّ فِيْ مَعْرِضِ الْخَيْرِ حَتَّى
يُلْحِقَكَ: بِاْلأَخْسَرِيْنَ أَعْمَالاً، الَّذِيْنَ
ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَياةِ الدُنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُوْنَ أَنَّهُمْ
يُحْسِنُوْنَ صُنْعًا
Tetapi
jika engkau dapati hatimu tidak memberikan perhatian kepadanya dan nafsumu suka
berlambat-lambat dalam melaksanakan perintahnya; maka ketahuilah bahwa
kecenderunganmu dalam menuntut ilmu sebenarnya dikendalikan oleh nafsu ammarah
bissuu’, hanya tunduk kepada perintah setan yang terkutuk yang hendak
menipumu dengan berbagai macam tipudayanya; sehingga engkau akan terjerumus ke dalam
jurang kebinasaan. Dengannya setan bermaksud menawarkan
kepadamu keburukan dalam kemasan kebaikan, sehingga engkau termasuk dalam
golongan yang disebutkan dalam firman Allah: “…orang yang paling rugi
perbuatannya, (yaitu) orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia,
sedangkan mereka mengira telah berbuat sebaik-baiknya.”[1]
0 komentar :
Posting Komentar